Tuesday, April 14, 2020

BUNUH SEMUA LAKI-LAKI


Oleh: Fransiskus Borgias

Pengantar Singkat: Ini adalah sebuah catatan dari awal November 2017, yang saya angkat dari Buku Harian saya. Maka semua time reference yang ada di sini berasal dari kurun waktu itu.

***

Sejak seminggu belakangan ini beredar Video rekaman aksi demo kaum feminis radikal di Buenos Aires, yang menuntut Paus Fransiskus dibunuh, gereja Katolik dibubarkan, mereka juga melakukan aksi pembakaran patung Bunda Maria di depan sebuah Katedral, sementara itu, dan ini yang amat menarik, justru kelompok para lelaki yang membentuk pagar betis melindungi gereja, dan mereka melakukan perlawanan sambil berdoa Salam Maria dalam bahasa Spanyol. Sementara itu ada dua orang wanita telanjang dan berperilaku provokatif dan bahkan juga erotis.

Seorang teman di sebuah WAG bertanya: Ini fenomena apa yah? Secara singkat yang berkata: Ini adalah gerakan kaum feminis radikal yang menolak segala bentuk dominasi kaum pria (dominasi patriarki), dan gereja Katolik dipandang sebagai salah satu lambang dominasi itu. Kira-kira begitu. Itulah sebabnya serangan itu diarahkan kepada gereja katolik dan Paus sebagai representasi institusional dan bahkan personal dominasi itu. Di balik itu ada praktek hidup devosional kepada Bunda Maria, yang dituding selama berabad-abad telah melestarikan dominasi itu. Saya menduga ada unsur campur tangan negara adidaya yang non-katolik di belakang aksi ini, interventi yang mau menggoncang-goncang sendi-sendi dan sentrum Katolik di Amerika Latin, mulai dari negara asal sang Paus, yaitu Argentina. Begitulah kira-kira dugaan saya. Jadi, ada kekuatan duit kapitalis adidaya di sana. Semoga dugaan saya itu salah.

****

Setelah menonton video itu, saya tiba-tiba teringat akan sebuah buku novel rekaan yang saya beli pada tahun 1983 di sebuah toko buku di Yogya, kalau tidak salah toko buku Liberty. Judul buku itu ialah "Bunuh Semua Laki-laki." Itulah yang saya angkat menjadi judul tulisan saya kali ini. Buku itu diterbitkan oleh sebuah Penerbit, kalau tidak salah namanya juga Penerbit Liberty, Yogyakarta. Sayang sekali saya sudah lupa nama pengarangnya. Itu adalah sebuah buku terjemahan dari bahasa Inggris. Sayang juga bahwa buku itu sudah hilang dari koleksi buku-buku saya.

Ada pun ide pokok buku itu dapat diringkaskan berikut ini. Dalam sebuah kota, muncul sebuah kelompok wanita yang radikal, yang sangat tidak suka akan laki-laki. Mereka menolak dominasi kaum pria. Mereka menolak dunia yang sudah terlanjut dikuasai kaum pria. Maka muncullah sebuah ide liar di tengah-tengah mereka, untuk membayangkan satu dunia baru yang dikuasai kaum wanita, sebuah dunia yang terbalik dari ap ayang kini ada dan berlaku. Tetapi mereka juga sekaligus sangat sadar bahwa hal itu tidak akan dapat diwujudkan kalau struktur dunia laki-laki yang ada sekarang ini masih ada. Oleh karena itu, mereka mau membunuh semua laki-laki. Kalau semua laki-laki sudah mati, maka akan muncul sebuah tatanan dunia baru yang didominasi kaum perempuan. Nah dalam dunia yang baru itu nanti, para lelaki boleh dimunculkan lagi setelah beberapa waktu lamanya. Tetapi laki-laki yang muncul itu harus tunduk ada kuasa wanita.

Sebagai persiapan ke arah itu maka mereka (kaum perempuan radikal tadi) membangun sebuah bank sperma untuk menampung sperma unggul dari kaum pria yang masih ada saat ini. Nanti kalau sudah mati semua laki-laki, maka dalam dunia baru, laki-laki akan dimunculkan lagi dari benih-benih bank sperma tersebut. Itulah langkah pertama. Persiapan ke arah sana digagas oleh seorang dokter perempuan yang sangat cerdas. Ia menciptakan sebuah zat Kimiawi yang ketika ditebarkan ke udara, akan mematikan semua pria, karena kaum pria itu berstruktur kromosom x-y. Paduan kromosom x-x (jadi, wanita) akan luput dan bisa bertahan hidup, tidak akan binasa karena zat kimia itu. Jadi ini adalah semacam program pembasmian kaum laki-laki. Tetapi hal itu harus dilakukan secara halus, tidak boleh kejam dan mencolok. Harus dengan cara ilmiah. Inilah langkah kedua. Langkah persiapan ketiga, ialah membentuk sebuah pasukan tentara perempuan, pasukan pamungkas. Mengapa?

Ternyata zat kimia yang disebut di atas tadi, tidak mampu mematikan kromosom x-y yang berdarah O. Nah, pasukan pamungkas perempuan yang dibentuk khusus tadi dimaksudkan untuk menghadapi mereka. Pasukan pamungkas ini dengan kekuatan senjata harus membasmi kaum pria (x-y) yang berdarah O. Itulah langkah terakhir. Sisa-sisa kaum pria yang berdarah O itu harus dibinasakan dengan kekuatan senjata.

***

Lalu tibalah hari H, hari murka yang mengerikan itu, Dies irae, dies illa. Dokter cerdas tadi dibantu oleh pasukan perempuan mulai menebarkan zat kimia itu di udara di dalam kota tempat mereka tinggal. Maka terjadilah hal yang amat mengerikan. Tiba-tiba semua laki-laki mati dengan gejala-gejala berikut ini. Mereka mengalami gejala sesak nafas, tubuh membengkak dan juga membiru. Lalu mati, dan terutama sekali mengering. Tubuh yang mati itu tidak membusuk, melainkan mengering. Sehingga tidak perlu dikuburkan, sebab tidak akan membusuk. Hanya mengering seperti kayu lalu musnah dan hilang begitu saja.

Pada saat itu kaum laki-laki pun mulai sadar akan adanya suatu keanehan di balik gejala ini. Suatu keanehan yang sengaja dirancang. Maka pria-pria yang masih bisa bertahan hidup pun berusaha mencari tahu apa penyebab dari semua ini. Tiba-tiba mereka juga sadar, berdasarkan data dari kota bahwa laki-laki yang bertahan hidup itu semuanya berdarah O. Oleh karena itu mereka pun membentuk pasukan bela diri. Sebab mereka melihat bahwa sudah mulai ada gejala kekerasan. Mereka memberi perlawanan. Demi survive. Mula-mula mereka sangat sulit melakukan perlawanan itu. Tetapi ada peluang juga.

Dokter perempuan yang cerdas tadi, sudah mengindoktrinasi pasukan pamungkas perempuannya agar membenci semua laki-laki dan harus berusaha melupaka semua laki-laki yang ada saat ini. Ia juga mengatakan bahwa kita bisa membangun dunia baru tanpa laki-laki. Kalau dunia baru kita nanti membutuhkan laki-laki, maka kita bisa memunculkan lagi mereka, lewat rekayasa genetika dari bank sperma yang sudah ada di Bank-bank mereka. Tetapi lelaki yang muncul nanti adalah laki-laki yang dikuasai perempuan, karena ia muncul di dunia yang sudah dikuasai dan diwarnai perempuan.

Tetapi rupanya indoktrinasi sang dokter gila itu tidak efektif mengikis rasa cinta, simpati dan empati semua anggota pasukan pamungkasnya. Ada satu orang perempuan anggota pasukan pamungkasnya yang sudah lama jatuh cinta pada seorang pria yang berdarah O. Cinta mereka sangat kuat. Bahkan juga tidak luntur oleh indoktrinasi sang dokter, maupun oleh bayangan akan dunia baru itu kelak, sebuah utopia, sekaligus sebuah eutopia. Nah perempuan anggota pasukan pamungkas inilah yang membocorkan rahasia gerakan kaum perempuan ini kepada kaum pria yang masih bertahan hidup, sehingga kaum pria mampu membangun rencana dan strategi perlawanan yang jitu.

Setelah rahasia mereka terbongkar, maka perlawanan pun diarahkan oleh kaum pria berdarah O itu langsung ke markas sang Dokter gila. Mereka berpikir, kalau sang dokter itu sudah mati, maka gerakan itu pun pasti mati. Indoktrinasi yang sudah ia tebarkan juga akan melemah. Dan memang betul demikian adanya. Dokter itu bisa dikalahkan dan mati. Maka gerakan itu pun mati. Kiranya, cerita fiksi, cerita rekaan ini hanya mau mengatakan bahwa tidak mungkin ada dunia tanpa pria dan wanita. Tidak mungkin wanita tanpa ada pria. Sekian.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...