Thursday, March 2, 2017

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 135

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Mazmur ini terdiri atas 21 ayat. Judulnya dalam Alkitab kita ialah “Hanya TUHAN yang patut dipuji”. Untuk memahaminya dengan baik dan mudah, saya membagi mazmur ini ke dalam lima unit pendek. Pertama, ayat 1-7; kedua, ay.8-12; ketiga, ay.13-14; keempat, ay.15-18; kelima, ay.19-21.

Saya mulai dengan penggal pertama (ay.1-7). Mazmur ini dimulai dengan ajakan untuk memuji Tuhan. Ajakan itu diserukan kepada para Hamba Tuhan (ay.1), juga kepada orang yang datang memberi pelayanan di Rumah Tuhan (ay.2). Mulai di ay.3-7 diberikan beberapa alasan untuk pujian itu. Alasan yang ada di sini terkait dengan sifat Allah sendiri dan misteri karya penciptaan. Dikatakan di sana bahwa Allah itu baik dan Ia memiliki nama yang indah (ay.3). Allah itu mahabesar (ay.5). Secara khusus disinggung pilihan atas Israel sebagai milik Tuhan (ay.4). Tuhan berjaya dalam alam ciptaan (ay.6-7). Ia mengatur dan menyelenggarakan alam semesta ini.

Dalam penggal kedua (ay.8-12) mazmur ini menyinggung penyertaan Tuhan dalam hidup Israel. Secara khusus di sini disinggung sejarah Keluaran, di mana Tuhan melakukan banyak intervensi dalam hidup Israel. Disebutkan bagaimana Tuhan melakukan beberapa tindakan perkasa di Mesir sehingga Mesir akhirnya mengijinkan orang Israel meninggalkan negeri itu (ay.8-9). Tidak hanya itu. Tindakan Tuhan menyertai dan melindungi Israel berlanjut terus. Misalnya di akhir perjalanan, disinggung tentang tindakan Tuhan yang mengalahkan banyak bangsa dan raja yang kuat (ay.10-11), dengan menyebut beberapa nama (Sihon, raja orang Amori, dan Og, raja negeri Basan). Setelah penguasanya dikalahkan, tanahnya diambil dan diserahkan kepada Israel (ay.12).
Atas semua karya tersebut, dalam penggal ketiga (ay.13-14), Israel mengingatkan dirinya sendiri mengenai Nama Tuhan. Nama itu kekal dan abadi karena terus diingat dari angkatan ke angkatan. Israel ingat akan Tuhan karena Tuhan sudah berbuat adil kepada umat-Nya dan menyayangi mereka, hamba-Nya.

Pengalaman akan penyelenggaraan Tuhan itu, dalam penggal keempat (ay.15-18), dipertentangkan dengan eksistensi berhala yang disembah para bangsa. Berbeda dengan Yahweh, berhala para bangsa bukan siapa-siapa. Mereka bukan tandingan Yahweh yang perkasa. Berhala itu hanya patung buatan tangan manusia. Terbuat dari emas dan perak dan tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak hidup, sebab beberapa indra yang disebut di sana tidak berfungsi (mata, mulut, telinga). Tidak ada nafas kehidupan di dalam mereka. Jadi, mereka benda mati. Ini adalah serangan kepada berhala para bangsa. Sebagaimana sembahannya yang “mati” tersebut, begitulah nasib orang yang menyembahnya (ay.18).

Sadar akan hal itu, maka dalam penggal kelima (ay.19-21), orang Israel diberitahu agar tidak meninggalkan Tuhan Allah mereka, misalnya dengan tergoda untuk menyembah alah lain yaitu berhala para bangsa tadi. Beberapa suku disebut sebagai perwakilan seluruh Israel: kaum Israel, kaum Harun, kaum Lewi. Singkatnya, semua orang yang “takut akan Tuhan” hendaknya memuji dan memuliakan Tuhan. Jika orang Israel taat melakukan hal ini (selalu memuji Tuhan) maka Tuhan akan senantiasa terpuji di Sion, di Yerusalem, kota kediaman-Nya. Sebagaimana pada awal, mazmur ini diawali dengan seruan Halleluia, maka di bagian akhir juga ditutup dengan pekik yang sama, Halleluia.

Bandung, Februari 2017.
Penulis: Dosen teologi biblika Fakultas Filsafat UNPAR Bandung.


4 comments:

canticumsolis said...

Tulisan ini akan dimuat dalam majalah bulanan paroki kami BERGEMA dan dapat juga dibaca secara online pada bergema.com

GRATIA PLENA - Developing Human Potential said...

Luar biasa. Gratias pateer. Nambah buat merenung n belajar.

canticumsolis said...

GRATIA PLENA,
terima kasih banyak atas apresiasinya dan atas berkenannya meninggalkan jejak komentar di sini. syukur jika ada gunanya, sebagaimana juga sudah berguna bagi saya sendiri. oh iya, tetapi saya bukan seorang PATER kalau yang dimaksudkan ialah PASTOR/IMAM tertahbis. Saya ROMO ne anak-anak....

canticumsolis said...

Ya ampun, kirain siapa nich si GRATIA PLENA.
ternyata kamu toh, mas Widiyanto.
Sekali lagi, makasih banyak yah....

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...