Thursday, February 2, 2017

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 134

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Mazmur ini sangat pendek. Hanya tiga ayat. Judulnya “Puji-pujian pada waktu malam.” Itu sebabnya mazmur ini dipergunakan dalam Completorium (Minggu). Ayat 1 adalah ajakan untuk datang memuji Tuhan. Ajakan itu ditujukan kepada semua hamba Tuhan. Biasanya mereka datang di rumah Tuhan untuk memberi layanan kepada Tuhan dan kepada Jemaat yang datang ke sana. Secara khusus di sini disinggung tentang petugas yang bertugas di waktu malam. Malam, biasanya adalah saat tidur, setelah letih bekerja seharian. Malam itu identik dengan lelah, dan ngantuk. Ada godaan besar untuk melalaikan tugas-kewajiban memuji Tuhan di waktu malam. Sadar akan godaan itu pemazmur mengingatkan agar petugas (liturgi) malam tidak boleh melalaikan tugas-kewajibannya. Begitu misalnya, kalau sudah menyanggupi untuk tugas lektor, cantor, ataupun koor, maka harus datang biarpun ada godaan untuk pergi-pergi. Melayani Tuhan lebih dahulu. Tuhan diutamakan di atas kepentingan sendiri.

Dalam ayat 2 disinggung sikap doa yang dianjurkan. Para pendoa itu mengangkat tangan ke tempat kudus. “Angkat tangan” itu bukan tanda menyerah kalah. Tetapi tanda pasrah kepada Tuhan. Mereka memuji Tuhan dengan cara mengangkat tangan. Angkat tangan adalah ekspresi jasmani dari aksi mengarahkan hati kepada Tuhan di tempat kudus-Nya. Dalam Tata Perayaan Ekaristi Latin, kita mendengar pengantar Prefasi berikut ini: Sursum corda, “Habemus ad Dominum” (arti: “arahkan hati ke atas, kepada Tuhan).” (Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan. Sudah kami arahkan). Kita berharap agar Tuhan sudi menerima dan menyatukan kita di dalam kasih-Nya. Kalau kita sudah mengangkat tangan kita sebagai ekspresi angkat hati, maka kita mempunyai dasar dan alasan untuk berharap bahwa Tuhan akan memberkati kita dari tempat-Nya yang kudus di Sion.

Tuhan adalah penyelenggara hidup, Tuhan yang sama, pencipta langit dan bumi (ay.3), Tuhan itulah yang kita percayai dalam Credo yang kita ucapkan setiap Minggu: Aku percaya akan Allah yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi. Jadi, datangnya malam jangan menimbulkan kelalaian karena malas sehingga kita abaikan doa. Mazmur ini mengingatkan kita akan hal itu. Sebelum tidur malam, angkatlah tangan dan hati kepada Tuhan untuk memuji dan mengucap syukur. Dengan tangan terangkat kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan sambil berharap agar Tuhan menjaga dan memeliharanya melewati malam agar besok pagi kita bisa bangun lagi dengan semangat baru dan segar untuk memulai lagi tugas kita dalam rangka memuji dan memuliakan Tuhan. Hidup seluruhnya menjadi pujian kepada Allah, Ad Maiorem Dei Gloriam.

Yogyakarta, Desember 2016
Penulis: Dosen teologi pada Fakultas Filsafat UNPAR Bandung.

1 comment:

canticumsolis said...

Artikel ini akan dimuat dalam BERGEMA (Berita Gereja Katolik St.Martinus) edisi Maret 2017. Dapat juga diakses dalam online.bergema.com atau http://bergema.com

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...