Friday, July 29, 2011

TENTANG GUIDO DE AREZO

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Hari ini (13 Juni 2011), saya tiba-tiba teringat lagi akan seorang tokoh di masa silam dalam Sejarah Gereja dan khususnya sejarah hidup monastk (hidup membiara), dan juga sejarah musik liturgi (khususnya musik Gregorian), yang bernama Guido de Arezo. Dari namanya jelas ia adalah seorang Italia. Ia adalah seorang rahib (kalau tidak salah rahib Benediktin) Italia (biasanya mereka itu disebut monachus). Tetapi saya rada lupa tahun persis masa hidupnya. Mungkin sekitar abad 9-10 Masehi. Pada masa itu monachus adalah juga sekaligus musicus. Ya, memang hanya para biarawan (monachus) sajalah yang punya waktu luang (leisure time) untuk menaruh perhatian pada musik, untuk menaruh kepedulian pada pengembangan musik. Sesungguhnya tidak hanya untuk musik saja, juga untuk penulisan manuskrip, untuk filsafat, dan untuk teologi, bahkan untuk ilmu atau sains.

Orang ini terkenal dalam sejarah musik (liturgi, terutama gregorian) karena dialah yang diyakini oleh para sejarawan dan para ahli musik (liturgi), telah menciptakan nama untuk nada-nada solmisasi atau not-not yang kita kenal dan kita sering pakai dewasa ini. Saya kira hal itu berlangsung secara tidak sengaja.

Dalam salah satu ceramahnya di Fakultas Filsafat Unpar Bandung beberapa tahun silam, sastrawan dan seniman Remy Silado pernah menanyakan hal itu, menanyakan nama tokoh ini. Sehubungan dengan sentilan Remy Silado inilah, tiba-tiba saya pun teringat akan seorang guru saya di Seminari Kecil dulu, di Seminari Pius XII, Kisol, Manggarai, Flores, NTT. Nama guru itu ialah Pater Yan Sani SVD. Sayang, ketika saya masih duduk di kelas 2 esempe, beliau meninggalkan imamatnya, dan konon hijrah ke Kupang, dan menempuh hidup perkawinan. Pak Yan Sani inilah guru seni musik kami; antara lain ia mengajarkan kami teori-teori dan praktek musik, termasuk teori dan praktek mengenai musik Gregorian, memakai buku tebal Liber Usualis yang terkenal itu.

Menurut dia (itu hal yang saya masih ingat dari untaian pelajaran dia dulu), adalah Guido de Arezo inilah yang menciptakan nama-nama untuk nada-nada solmisasi yang kita kenal dan kita pergunakan dewasa ini. Sesungguhnya hal itu terjadi secara tidak sengaja, karena sebenarnya Guido de Arezo itu hanya menciptakan sebuah puisi atau syair lagu pujian (yang dikaitkan dengan santo Yohanes, kiranya Penginjil), yang kemudian dalam perkembangan dan perjalanan sejarah, beberapa unsur dari syair itu menjadi nama-nama not-not atau nada-nada musik modern. Tetapi sebenarnya ia juga tidak secara sengaja mengkaitkan nama itu dengan nada-nada tertentu.

Sesungguhnya saya sudah lupa akan penulisan yang pasti dan tepat dari kata-kata dalam syair puitis lagu itu. Tetapi saya tidak lupa akan nada-nadanya, karena saya sangat menghafalnya sejak masih kelas dua esempe seminari dulu. Beginilah kurang lebih syair lagu itu:

Ut queant laxis, resonare fibris, mifa gestorum, famuli tuorum, solve poluti, labire atum, sancte Johannes.


Beberapa silaba dari teks doa puitis itu, kemudian dalam perkembangan dan perjalanan sejarahnya menjadi nama dari beberapa nada not yang kita kenal sekarang ini. Misalnya, Re diambil dari kata Resonare, Mi dari Mifa, Fa dari Famuli, Sol dari Solve, La dari Labire. Jadi ada lima nama nada yang sangat jelas dalam teks puitis itu (RE MI FA SOL LA, kelima nada pentatonis itu, nada pokok untuk sebuah lagu gregorian). Ya sekali lagi, itulah kelima nada utama lagu-lagu Gregorian klasik. Sebab lagu-lagu gregorian klasik hanya memakai kelima not itu saja. Kemudian ada not DO yang tidak ada dalam teks puitis itu; tetapi ada TI yaitu pada kata poluti. Beberapa nada-nada setengah pun sudah ada dalam teks ini, seperti nada FI (dari Fibris), Ges dari gestorum.

Jadi, sebenarnya Guido de Arezo ini adalah tokoh musikus besar yang menciptakan nama-nama untuk nada-nada lagu solmisasi sebagaimana yang kita kenal dan kita pergunakan dewasa ini. Terima kasih yah sang monachus dan musicus agung, Guido de Arezo. Berkat jasamu, sekarang kami bisa menyanyi dengan baik dengan menyebut nama dari masing-masing nada yang ada.

Yogyakarta, 13 Juni 2011
Dikomputer dan dikembangkan lagi, 21 Juli 2011.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...