Wednesday, November 24, 2010

MENDALAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 78

Oleh: Fransiskus Borgias M

Judul mazmur ini ialah ”Pelajaran dari Sejarah.” Ini adalah refleksi historis-teologis pemazmur. Mazmur ini sangat panjang: 72 ayat. Untuk memahami dan menikmati isinya saya membaginya atas enam bagian. Bgn I: ay 1-4. Bgn II: ay 5-11. Bgn III: ay 12-16. Bgn IV: ay 17-55. Bgn V: ay 56-64. Bgn VI: ay 65-72. Ini pembagian garis besar.

Dalam Bgn I, pemazmur seolah tampil sebagai guru Hikmat yang mengajak umat untuk belajar dari sejarah, belajar hikmat, yang bersifat turun temurun, dari waktu ke waktu. Mengapa hal ini penting? Itu karena si guru Hikmat yakin bahwa Tuhan sudah bertindak dalam sejarah. Karya-karya Tuhan dalam sejarah itulah yang kita pelajari untuk dijadikan sebagai hikmat dan pegangan hidup.

Dalam Bgn II, pemazmur mulai membentangkan secara rinci karya Tuhan. Salah satunya ialah memberikan Taurat kepada Israel. Hukum itu harus diajarkan turun temurun (ay 5-6). Diharapkan dengan pengajaran itu orang percaya dan selalu ingat akan Allah (ay 7). Pengajaran itu juga dimaksudkan agar angkatan kemudian tidak mengulangi ketololan sejarah masa silam (ay 8-11). Itulah arti penting himbauan Soekarno: Jangan sampai melupakan sejarah yang disingkat secara populer menjadi Jasmerah.

Dalam Bgn III dilukiskan secara sangat singkat tentang penyertaan dan penyelenggaraan Tuhan dalam sejarah hidup Israel (providentia Dei), terutama sekali secara kongkret dalam sejarah pembebasan Israel dari perbudakan Mesir, dan dihantarnya mereka secara final dan pasti ke Tanah Terjanji, Kanaan.

Lalu kita sampai pada unit terpanjang dalam mazmur ini, Bagian IV, ay 17-55. Karena panjang maka unit ini dibagi lagi ke dalam sub-unit lebih kecil yang disebut dalam uraian berikut. Dalam ay 17-20 pemazmur memulai uraiannya dengan sebuah paradoks sikap umat: Di satu pihak Tuhan sudah berbuat baik terhadap umat, tetapi umat, di pihak lain, tetap tidak puas dan tidak mau bertobat dan percaya. Maka Tuhan menjadi murka (ay 21-22). Dalam ay 23-30 ada pelukisan lagi tentang karya-karya agung Tuhan; sekali lagi pelukisan ini dipuncaki dengan ketidak-puasan umat; Allah pun murka juga (ay 31). Dalam ay 32-41 ada gambaran yang sangat gamblang mengenai ketegaran hati umat di hadapan Allah; umat yang keras kepala dan tegar tengkuk; dengan pelbagai variasi ungkapan hal itu dinyatakan dengan tegas. Hati yang tegar itu dihukum Allah (ay 33); karena ada hukuman maka muncul tobat semu di kalangan umat, tobat terpaksa (ay 34-35). Dalam ay 36-37 secara pars pro toto (mulut, lidah, hati) dilukiskan pembangkangan mereka terhadap Tuhan. Dalam ay 38-39 kita menemukan satu pelukisan tentang kasih setia (hesed) Allah yang maharahim. Allah itu sabar, walau sering dicobai manusia (ay 40-41). Dalam ay 42-55 ada pelukisan ulang secara singkat dan padat mengenai pembebasan dari Mesir dan penghantaran umat ke Tanah Terjanji. Di situ Allah menampakkan kasih setiaNya kepada umatNya. Dalam ay 56-64 kita melihat sebuah pelukisan sekali mengenai paradoks sikap umat. Kita temukan di sana bahwa umat yang tegar tengkuk itu tetap tidak dapat setia di hadapan kasih setia Allah. Mereka mencobai Allah. Mereka memberontaki Allah.

Mereka tidak taat pada hukum Allah (ay 56). Tentu ini dosa besar. Dosa itu terus dilukiskan lebih lanjut dalam ay 57-58. Akibat dari itu ialah, dalam ay 59-64, dilukiskan beberapa hukuman Allah yang ditimpakan ke atas Israel. Inilah Bgn V mazmur ini.

Akhirnya kita sampai pada Bgn VI, ay 65-72. Dalam bagian ini kita dapat menemukan puncak Mazmur ini. Dapat dikatakan bahwa rangkaian mazmur panjang ini dipuncaki dengan pelukisan tentang kasih setia Allah. Jadi, kendati segala dosa dan pembangkangan umat dan sesekali ada penghukuman atas dosa, tetapi di sini ditegaskan bahwa the final word bukanlah hukuman melainkan kasih setia (steadfast love) Allah. The final word bukan hukumanNya, bukan keadilan dan hukumNya, melainkan limpahan kasih setiaNya yang tiada berhingga.

Setelah dikilas balik pembacaan kilat atas mazmur panjang ini, tampak bahwa Mazmur ini melukiskan dinamika hubungan Israel dengan Yahweh. Hubungan itu diikat dengan tali kasih setia dari pihak Yahweh. Seharusnya umat menanggapi hal itu dengan kasih setia, dengan hesed. Tetapi umat sering membangkang dan tidak mudah taat. Allah menjadi murka karenanya dan menjatuhkan hukuman. Tetapi hukuman itu bertujuan didaktis,yang memunculkan tobat dan kasih setia dalam hati umat. Seluruh dinamika relasi itu akhirnya bermuara pada warta tentang citra Allah yang maharahim, penuh kasih setia. Ya, itu tidak lain karena Allah adalah kasih, Deus est caritas.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...