Saturday, August 14, 2010

PREFASI SP MARIA DIANGKAT KE SURGA

Oleh: Fransiskus Borgias M.
Lay Theologian dan Peneliti CCRS dan GESER INSTITUTE
Center for Cultural and Religious Studies, FF-UNPAR Bandung



Tanggal 15 Agustus juga merupakan salah satu tanggal yang sangat istimewa dalam lingkaran tahun liturgis gereja Katolik, karena pada tanggal itu ada Hari Raya SP Maria Diangkat ke surga dengan jiwa dan badan. Pesta ini didasarkan pada sebuah ketetapan dogmatis gereja pada abad keduapuluh ini, sesudah perang dunia II terjadi dan mencabik-cabik Eropa khususnya dan dunia pada umumnya. Dogma itu sendiri dilandaskan pada satu keyakinan tradisional gereja yang sudah sangat tua usianya. Bahkan dalam konteks Gereja Yunani Ortodoks, keyakinan ini sudah lama menjadi keyakinan iman dogmatis yang sangat lama dihayati dengan penuh iman dan pengharapan. Kita tidak akan bisa menemukan dasar keyakinan ini secara biblis sebab keyakinan itu muncul dalam sejarah dan tradisi gereja yang juga kita yakini diilhami dan dituntun (dibimbing) oleh Roh Kudus sendiri.

Prefasi pada hari ini juga sangat indah dan mendalam. Seperti biasa ia dimulai dengan menyapa Bapa, Allah yang mahakuasa dan kekal. Jelas itu adalah sebuah ungkapan keyakinan iman yang seperti terkandung dalam Credo kita yang kita ucapkan setiap hari Minggu dan hari raya lainnya. Atas dasar keyakinan itu kita pun menyatakan atau mengungkapkan pengakuan kita akan kesadaran bahwa kita selalu dan di mana-mana memuji dan memuliakan Allah Bapa. Hal itu kita lakukan dengan pengantaraan Yesus Kristus Tuhan kita. Memang doa pujian dan permohonan kita kepada Bapa selalu bercorak Kristologis.

Selanjutnya diberikan dan diuraikan alasan bagi pujian itu. Tentu di samping pujian itu adalah kewajiban fundamental dan eksistensial, pada hari ini ada sebuah alasan khusus, yaitu karena SP Maria Bunda Allah diangkat ke surga dengan jiwa dan badan. Begitulah ketetapan dalam rumusan dogmanya. Peristiwa pengangkatan itu mempunyai dua tujuan penting. Pertama, pengangkatan itu dimaksudkan untuk menjadi awal atau permulaan dan pola dari Gereja dalam kesempurnaannya. Memang Maria adalah typos gereja (sebuah istilah klasik dari teologi Mariologi para Bapa Gereja) dalam hal iman dan kesempurnaan hidup yang sepenuhnya terarah kepada Allah semata-mata dengan mengikuti model iman Maria sendiri: Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu. Ecce serva Dei, fiat mihi secundum verbum tuum.

Kedua, pengangkatan itu juga menjadi satu tanda pengharapan dan penghiburan bagi umat Allah dalam perjalanan ziarah mereka menuju ke surga. Gereja, dalam dan melalui Prefasi ini, memperlihatkan dan menegaskan keyakinan imannya bahwa Allah tidak sudi kehancuran karena maut menyentuh tubuhnya (Maria), karena tubuh itu adalah tubuh yang sangat mulia, karena tubuh itu sudah mengandung dan melahirkan sang Penebus, PuteraMu, Tuhan dan Penguasa segala sesuatu yang hidup. Dan hal itu terjadi di dalam kemuliaan peristiwa inkarnasi, sabda menjelma menjadi daging, sabda menjelma menjadi manusia, verbum caro factum est, dan membangun kemahnya di antara kita. Tradisi gereja yang kudus meyakini bahwa Maria tidak mati. Itu sebabnya dalam Kitab Suci tidak ada kisah tentang peristiwa wafat Santa Perawan Maria. Juga dalam tradisi suci selanjutnya, tidak ada kisah seperti itu. Jadi, keyakinan devosional marial itu sudah sangat tua usianya; boleh jadi sudah setua teks-teks Kitab Suci Perjanjian Baru itu sendiri. Jejak keyakinan itu antara lain dapat kita lihat jejaknya secara samar-samar dalam injil-injil, terutama dalam injil Lukas.

Keyakinan itu akhirnya mampu mendatangkan sukacita hidup yang besar bagi kita yang menghayatinya sekarang dan di sini; kita pun dalam sukacita kita, memadahkan kidung pujian kita untuk memuji dan memuliakan Allah, bersama dengan paduan suara para malaekat di surga. Dan kita pun bernyanyi dengan mengikuti seruan para malaekat di surga dalam liturgi abadi: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa, Surga dan bumi penuh kemuliaanMu, terpujilah Engkau di surga, terberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Terpujilah Engkau di surga. Sesudah itu kita hanyut dalam sujud peristiwa konsekrasi.



Bandung, 06 Agustus 2010 (pagi hari).
Diketik sambil dikembangkan dan diperluas, 06 Agustus 2010 (malam hari)
Fransiskus Borgias M.
Peneliti GESER INSTITUTE FF-UNPAR BANDUNG.

2 comments:

Anonymous said...

setelah saya membaca tulisan tentang Prefasi SP Maria Diangkat ke Surga. saya sangat tertarik dengan tulisan ini demi menambahkan pengetahuan dan keteguhan Iman akan Yesus Kristus yang dilahirkan Bunda Maria. Keyakinaan saya pribadi bahwa Bunda Maria tidak mengalami kematian sebab Ia sudah menerima sabda Allah dan melaksanakanNya serta melaahirkan ke dunia. Bunda Maria penuh dengan Roh Kudus, Yesus Kristus setelah naik ke surga dengan mulia meenyampaikan kepada Bapa di surga agar IbuNya yang telah melaksanakan karya keselamatan sebagai Perantara agar dibebaskan dari kematian dan diangkat ke surga dengan mulia. Bunda Maria, seorang wanita yang tidak mengalami kematian, tetapi Ia hidup utuh saat diangkat ke surga. Ini percikan hati saya kiranya sebagai bahan sharin Iman

canticumsolis said...

markus, terima kasih telah membaca dan memberi komentar atas tulisans aya ini. tulisan ini dapat juga anda temukan dalam facebook saya. sekali lagi, terima kasih... Doa saya selalu menyertai anda...

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...