Monday, November 10, 2008

DIUTUS MENJADI LUMEN GENTIUM (TERANG BANGSA-BANGSA)

Oleh: Celestina Maria Supriatin Pepe

Pada hari Jum’at 15 Agustus 2008 di Gereja Katedral St.Petrus Bandung sudah diadakan Perayaan Ekaristi dengan tema “Lepas Tugas dan Perutusan” bagi Panitia Perayaan Tahbisan Uskup Bandung. Hari itu tepat 30 hari sesudah tahbisan Uskup yang telah dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2008, dan juga tepat 90 hari sejak nama Mgr.Johannes Pujasumarto diumumkan menjadi Uskup Bandung oleh Nuntius. Misa konselebrasi ini dipimpin langsung oleh Bapa Uskup sendiri, didampingi Pastor Leo van Beurden OSC dan R.D.Paulus Wirasmohadi, Pr (Rm.Didik), dan dimeriahkan oleh Paduan Suara Gabungan yang sebulan silam sudah bertugas dalam Ekaristi Tahbisan di Sabuga.

Di awal perayaan ekaristi itu, dalam suasana remang-remang (gelap), diadakan upacara Pengumpulan Api Semangat. Dari tiga penjuru muncul berarak nyala api (obor yang dibawa tiga anak muda) sebagai simbol persembahan tiga kekuatan dalam gereja, yaitu Kegerejaan, Persaudaraan dan Kemasyarakatan yang kemudian dipadukan menjadi satu api semangat untuk berbagai karya di dunia.

Kemudian dalam kotbahnya, Bapa Uskup menghubungkan makna upcara api itu dengan bacaan-bacaan dari Kitab Suci. Di dalam “kegelapan” kita tidak dapat mengenal satu sama lain sehingga kita mengalami kesendirian, kesepian, ketakutan, kebingungan, kebimbangan. Kemudian muncul “Terang,” yang menghalau kegelapan. Terang itu Firman, dan Firman itu Yesus Kristus. Terang ada dalam Firman yang membedakan antara kegelapan dan terang itu sendiri. Kristus sebagai Terang Dunia (Lux Mundi) dilambangkan Lilin Besar yang dinyalakan dari nyala api (obor) yang telah berpadu tadi. Kedua bacaan dan injil hari itu berbicara tentang tugas menjadi terang bagi bangsa-bangsa, bagi dunia (Yes.49:3.5-6; Kis.13:44-48; Yoh.12:44-50). Bapa Uskup juga mengatakan agar kita dapat menjadi terang kita harus selalu menyatukan diri dengan Sumber Terang, yakni Yesus Kristus.

Tidak lupa Bapa Uskup menghiasi kotbahnya dengan permainan kata-kata yang indah. Berkata atau mengucapkan sesuatu dalam bahasa Latin artinya dicere. Dicere ini bisa multi-arah. Bisa bene-dicere, sehingga menjadi benedictio, artinya berkat, kata-kata pujian, dan hal ini bersifat membangun. Bisa juga male-dicere, sehingga menjadi maledictio, artinya kutuk, sumpah-serapah, dan hal ini bersifat merusak. Bisa juga contra-dicere, sehingga menjadi contradictio, artinya perkataan yang berlawanan, dan hal itu bersifah memecah-belah. Beliau menghimbau agar kita cenderung ke arah bene-dicere, sehingga menghasilkan benedictio.

Di akhir kotbahnya Bapa Uskup juga berterima kasih kepada Panitia atas terlaksanakanya Tahbisan yang sukses dan bahkan nyaris sempurna. Beliau juga menghimbau jika ada konflik dalam proses itu hendaknya segera diselesaikan, dan beliau berharap tugas perutusan yang telah diemban Panitia dapat menjadi terang untuk umat Katolik se keuskupan Bandung khususnya dan seluruh masyarakat pada umumnya.

Pada akhir perayaan ekaristi itu, nyala api dari Lilin Besar disebarkan kepada seluruh umat yang hadir kemudian diadakan sebuah upacara perarakan lilin ke luar dari gereja dengan membawa lilin bernyala sebagai simbol tugas perutusan kepada dunia.

Akhirnya seluruh rangkaian acara itu diakhiri dengan makan malam dan ramah tamah bersama dengan mengambil tempat di aula dan selasar di samping kanan Gereja Katedral.
(CMS Pepe/St.Maria Margaretha Alaqocue).


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...