Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
Mazmur ini adalah model nyanyian dalam kesesakan yang memohon kepada Allah agar tidak menimpakan murka. Mazmur ini adalah yang pertama dari tujuh mazmur tobat dari praksis tobat gereja kuno. Keenam yang lain ialah: Mzm 32, 38, 51, 102, 130, 143. Walau disebut mazmur tobat, namun tema itu tidak mencolok di sini. Kesadaran dosa pemazmur memang menjadi latar belakang mazmur itu. Tetapi di sini tidak ada pengakuan dosa.
Mazmur ini terdiri atas ratapan dan permohonan yang silih berganti. Berdasarkan ayat 9 dst., kita dapat menyimpulkan bahwa mazmur ini diucapkan dalam konteks sebuah ibadat setelah si pendoa mendapat kepastian dan jaminan bahwa doanya telah dikabulkan.
Kita tidak tahu pasti apa situasi yang persis dimaksudkan si pemazmur dalam keluh kesahnya ini. Bisa ada dua kemungkinan. Pertama, apakah ia sedang menyinggung satu malapetaka besar (entah apa?) dari mana si pendoa berharap untuk dibebaskan. Ataukah kedua, si pemazmur sedang menyinggung salah satu penyakit yang dideritanya. Sebab ia menyinggung penyakit psikosomatis (tulangku gemetar, jiwaku sangat terkejut, jadi psikosomatis). Ataukah penyakit psikosomatis itu hanya dipakai dalam artian figuratif saja, yaitu mengungkapkan secara metaforis suatu penderitaan sosio-politis yang ditimpakan kepadanya oleh para musuhnya. Mungkin paling baik kita menerima saja kedua kemungkinan itu: bahwa yang dimaksud ialah penyakit dan musuh-musuh bengis yang datang menyerang.
Mazmur ini terdiri atas empat bagian besar. Bagian I meliputi ayat 2-4; di sini ia memohon dengan menangis. Sebab memang dalam relasi dengan Allah kita takut, dan karena itu kita memohon ampun. Bagian II meliputi ayat 5-6; di sini diajukan dua alasan bagi Allah untuk bertindak; ada dua alasan: alasan antropologis (ay.5), dan alasan teologis (ay.6). Bagian III meliputi ayat 7-8; sekali lagi ia melukiskan penyakit psikosomatis yang dideritanya. Kali ini yang disebut secara khusus ialah mata yang dikatakan menjadi rabun. Bagian III meliputi ayat 9-11. Jadi, dalam tiga bagian pertama, hal menonjol ialah permohonan dan ratapan yang silih berganti. Dalam bagian terakhir kita merasakan sesuatu: si pendoa merasa yakin dan pasti bahwa doanya telah dikabulkan. Hal itu membuat si pendoa mengalami sukacita besar karena hatinya terisi penuh dengan kekuatan dan harapan baru.
Berdasarkan bagian III ini saya mau menarik beberapa pelajaran penting dan menarik. Pertama, orang yang tekun berdoa, pasti doanya akan dikabulkan Allah. Memang doa orang yang tekun pasti tidak akan dikecewakan Allah. Kedua, di tengah segala kesesakan, si pemazmur hanya berharap pada Allah saja. Ia tidak menyimpang sedikitpun dari Allah, benteng hidupnya. Ketiga, bersama Allah yang didekati dalam doa dan hidup saleh, orang bisa meloncat dari jurang yang dalam, menuju ke sebuah puncak harapan tinggi. Harapan, kepercayaan dan optimisme itulah yang melatar-belakangi ucapan ini: “Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah menerima doaku.” Kalau doaku sudah dikabulkan TUHAN, maka para musuhku akan mundur dengan rasa malu. Itulah keyakinan si pemazmur.
No comments:
Post a Comment