Sangat menarik bahwa sejauh yang dapat saya amati selama ini, semua atau sebagian besar para teolog (Katolik dan beberapa yang Protestan/Lutheran) yang menulis buku tentang misteri Allah Tritunggal Mahakudus, rata-rata sudah berusia di atas 60 tahunan. Saya sampai pada penemuan dan kesadaran seperti ini karena sudah sejak tahun 2003 silam saya mengajar teologi Allah Tritunggal Mahakudus itu pada Fakultas Filsafat (Teologi) Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Tentu saja dalam rangka kuliah itu saya harus membaca banyak buku yang memberi uraian dan penjelasan tentang Allah Tritunggal Mahakudus itu. Saya juga harus menulis diktat kuliah. Di tengah dan dalam upaya pembacaan itulah saya sadari kenyataan yang sudah saya sebut di atas tadi. Saya beri saja beberapa contoh: Leonardo Boff menulis buku tentang Trinitas setelah ia berusia di atas 65 tahunan. Alhasil, munculnya yang sangat matang dan mendalam, yang memberikan perspektif teologi pembebasan bagi teologi Trinitas itu. Judulnya pun sangat menarik: Allah Persekutuan. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Alex Armanjaya, dkk., dan diterbitkan oleh LPBAJ, Maumere. Herbert Vorgrimler baru menulis buku tentang Trinitas di atas usia 60 tahun juga. Buku ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seorang teolog yang bernama Gisbert Greshake. Buku orang ini pun sudah diterjemahkan juga ke dalam bahasa Indonesia. Sejauh yang saya amati, Jurgen Moltmann juga baru menulis buku tentang teologi Allah Trinitas sesudah ia berumur enampuluhan. Begitu juga dengan seorang Yesuit yang bernama Anselm K.Min.
Nah, pertanyaannya ialah, mengapa? Apakah ada kaitan yang erat antara usia enampuluhan tahun dan kemampuan menulis tentang teologi Allah Tritunggal itu? Sesungguhnya agak sulit juga melihat kaitan antara hal-hal itu. Tetapi, saya melihat beberapa kemungkinan alasan dan penjelasan. Pertama, mungkin dibutuhkan kematangan hidup rohani dan kematangan intelektual tertentu, dan kematangan iman tertentu agar orang bisa menulis sesuatu tentang misteri iman Trinitas ini. Sebab kita semua tahu bahwa Allah Tritunggal Mahakudus adalah misteri iman Kristiani. Tidak serba gampang orang sampai kepada iman ini. Butuh pengalaman iman yang kuat dan mendalam akan Allah. Kedua, mungkin hal itu juga disebabkan karena objek kajian dalam teologi ini adalah sesuatu yang sangat mendalam, yang sangat rumit, tetapi sekaligus juga sangat sederhana. Oleh karena itu, orang tidak mau menulisnya secara gegabah, dan dengan tergopoh-gopoh. Melainkan orang berusaha menulisnya dari suatu relung kedalaman pengalaman iman dan rohani yang tenang dan hening-bening. Ketiga, orang cenderung sangat berhati-hati di dalam menulis sesuatu tentang teologi Allah Tritunggal ini, karena sejarah sudah membuktikan bahwa teologi ini merupakan salah satu poin yang mudah menjebloskan orang ke dalam jurang bidaah dan kesesatan. Saya kira, mungkin itulah sebabnya orang sangat berhati-hati di dalam membicarakan apalagi menuliskan topik ini. Arius, jatuh ke dalam bidaah, Apolinarius jatuh ke dalam bidaah, kaum pneumatomachi jatuh ke dalam bidaah, dan masih banyak lagi yang lain. Paling tidak, itulah beberapa poin penjelasan yang saya lihat ketika menyadari hal ini.
(Ditulis di Bandung pada 26 Agustus 2008).
No comments:
Post a Comment