Monday, August 18, 2008

Mendalami dan Menikmati Mazmur 27

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

Mazmur ini terdiri atas 14 ayat. Kita dapat menikmati isinya dengan mengikuti pembagian unit yang ada. Saya membaginya menjadi tiga unit: ayat 1-3, ayat 4-6, ayat 7-14 berdasarkan dinamika isinya. Uraian ini akan mengikuti tiga alur itu.

Kalau kita baca dengan teliti maka dalam ayat 1-3: kita merasakan adanya sebuah deklarasi teologis dari si pemazmur yang memantulkan keyakinan dasarnya, bahwa Tuhan adalah terang dan benteng hidupnya. Jadi, ini adalah sebuah ungkapan eksistensial keyakinan iman yang kokoh akan Tuhan. Atas dasar keyakinan iman seperti itu, muncul sebuah konsekwensi teologis yaitu ia merasa aman dalam hidup ini. Ia merasa bahwa tidak ada alasan apa pun untuk takut atau gentar. Tidak ada yang harus ditakuti dalam hidup ini. Malahan ketakutan dan kegentaran bagi dia adalah tanda tidak adanya iman.

Ayat 1-3 boleh dipandang sebagai dasar bangunan seluruh mazmur ini. Di atas landasan itu ia mengembangkan beberapa ide lanjutan yang dituangkan dalam ayat 4-6. Mula-mula ia melukiskan kenyataan bahwa ia hanya mempunyai satu permohonan dalam hidupnya: yaitu berdiam di rumah Tuhan. Jika hal itu terjadi, maka di sana ia merasa aman dan terlindung. Mengapa? Karena ia yakin bahwa Tuhan akan menyelamatkan dia kalau ada bahaya mengancam. Samar-samar kita merasakan adanya metafor induk (terutama induk ayam atau burung) yang mempunyai naluri kodrati menyembunyikan anak-anaknya di tempat aman bila ada bahaya mengancam. Selain metafor tadi, kita juga dapat melihat sebuah metafor lain yaitu metafor gunung batu: inilah landasan kokoh bagi pemazmur kalau ada banjir bandang datang menerjang atau menghadang di jalan. Dengan memakai metafor itu, pemazmur mencoba melukiskan rasa aman yang ia alami dan rasakan di dalam Tuhan. Hasilnya? Pertama, ia tidak merasa takut akan musuh. Kedua, lebih dari itu, ia boleh berjalan dan berdiri dengan penuh percaya diri di hadapan atau di tengah musuhnya. Itulah yang dimaksudkan dengan berjalan dengan kepala tegak. Sebab orang yang merasa bersalah atau malu biasanya berjalan tunduk dan lesu, bahkan bila perlu menutup muka, seperti artis dalam infotainmen yang tertangkap basah menenggak obat terlarang, atau pejabat tinggi yang ketahuan korupsi dan berperilaku asusila. Jangan sampai dilupakan satu hal berikut: semua pengalaman itu tidak menyebabkan dia menjadi sombong atau takabur. Bagaimana pun juga ia tidak lupa memuji dan meluhurkan Allah karena semua hal yang dialaminya selama ini. Jadi, nasihatnya ialah, jangan sampai kita takabur dalam hidup ini: selamat karena karya Allah, malah justru menjadi laknat.

Kini kita sampai pada unit terakhir, ayat 7-14. Atas dasar pengalaman iman di masa silam maka kini ia melambungkan sebuah permohonan: ia memohon agar sudi dikasihi dan dijawab segala doanya. Ia juga memberikan sebuah dasar untuk permohonan itu. Dasar itu ialah hidup yang saleh, atau hidup menurut firman Tuhan. Ia sangat yakin bahwa ia tidak pernah memalingkan wajah dari Tuhan, misalnya dengan berdosa. Apa isi doanya: Ia meminta jangan sampai Tuhan menyembunyikan wajahNya dari dia. Ia juga meminta jangan sampai Tuhan menolak dia dengan murka. Ia juga meminta jangan sampai ia dibuang atau ditinggalkan. Sebab ada ayah dan ibu yang membuang anak mereka. Walau ada fakta seperti itu, ia yakin Tuhan tidak akan meninggalkan dia. Melainkan akan menerima dia. Dengan keyakinan bahwa Tuhan akan memperhatikan dia, maka sekarang ia melanjutkan litani permohonannya: Ia meminta Tuhan sudi menunjukkan jalan-Nya kepada dia. Ia meminta Tuhan sudi menuntun dia di jalan yang rata. Ia juga meminta Tuhan tidak menyerahkan dia kepada para musuh dan lawannya yang dengan penuh nafsu menyerang dia.

Akhirnya sekali lagi ia menegaskan keyakinan imannya, bahwa ia akan melihat kebaikan Tuhan juga selama hidup di dunia ini. Oleh karena itu, ia pun berseru, seakan menyerukan kepada orang lain yang punya pengalaman yang sama, agar jangan takut melainkan tetap setia menantikan Tuhan. Ia juga berharap agar siapa saja yang berada dalam situasi seperti dia, hendaknya ia menantikan Tuhan dengan hati yang kuat dan teguh. Tidak goyah. Itulah beberapa pesan dari mazmur 27 ini.


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...