Thursday, May 21, 2020

ATG – PENUH ILAM

Oleh: Fransiskus Borgias
Dosen dan Peneliti FF-UNPAR, Bandung.




Saat saya tinggal di Yogyakarta, saya sering sekali juga ikut perayaan ekaristi di Kapel kecil para suster Klaris Pacet di STM Pembangunan, Mrican. Biasanya yang memimpin perayaan ekaristi di sana adalah pater CG sendiri. Ternyata ada banyak juga umat yang menjadi penggemar dan pendengar setia Kotbah-kotbah Pater CG. Tidak hanya umat umum. Kalangan mahasiswa Katolik juga ada yang menaruh minat sangat besar kepada kotbah-kotbah beliau. Mereka menunggunya dengan sabar dan setia. Ya mereka menantikan kotbah Mingguan pater CG di sana dengan penuh harap dan rasa penasaran. “Kotbah tentang apalagi nanti Pater Groenen yah?” kira-kira begitulah ungkapan harapan dan penantian mereka.

Ada juga beberapa mahasiswa Manggarai yang menempuh studi di Universitas Sanata Dharma yang juga menjadi penggemar berat pater CG. Salah satunya ialah teman saya dari seminari Kisol dan menengah dulu, namanya Heribertus Sambang. Walaupun dia mengaku bahwa sudah banyak lupa karena banyak kesibukan, sudah ada jarak waktu yang sangat jauh juga, tetapi ada beberapa hal yang ia ingat tentang Pater CG. Ada satu poin yang paling dia sangat ingat baik dari rangkaian kotbah-kotbahnya, yaitu mengenai hubungan Israel dan Palestina. Tidak aka nada damai selain perang dan perang di antara keduanya karena memperebutkan Tempat Suci di Yerusalem. Para pihak saling mengklaim sebagai pihak yang paling berhak atas tempat suci itu. Hal kedua yang dia ingat ialah, tentang sosok kepribadian pater CG sendiri. Di mata temanku Heri, pater CG, sama seperti pater-pater OFM yang lainnya, “terkenal dengan kesederhanaannya, selalu hadir sebagai pelayan dalam segala bentuk kehidupan, termasuk dalam urusan dapur juga.” (Ini saya kutip dari WA temanku Heri itu).

Pa Heri memberi pengakuan jujur bahwa hingga sekarang ini ia tetap berangan-angan jika pada suatu saat kelak Vatikan memberi dispensasi kepada pasutri Katolik untuk hidup membiara, dia akan tetap memilih untuk menjadi OFM. Ia merasa bahwa OFM, sudah sangat melekat menyatu dengan hidupnya. Seorang temanku yang lain, Yohanes Rajawali, memberi sebuah kesaksian sbb: “Ia mengenal beliau karena dua hal. Pertama, karena buku pegangan untuk pelajaran agama Katolik. Kiranya buku yang dimaksudkan itu adalah buku Panggilan Kristen. Kedua, John juga pernah mendengar tentang kesederhanaan beliau dalam hidupnya. Ia mencuci sendiri jubah dan baju dalamnya. Bahkan ia hanya mempunyai satu jubah saja. John juga mengaku bahwa saat ia beberapa kali bertemu dengan Pater CG, John sangat merasakan pancaran aura kesucian di dalam hidupnya. Terasa seperti ada sesuatu yang memancar keluar dan sangat bisa kita rasakan pancaran itu. temanku yang lain, yang bernama Sylvester Manti, juga mempunyai kenangan tersendiri akan Pater CG. Pak Syl inilah yang menjadi salah satu penggemar dan penunggu setia kotbah-kotbah pater CG di kapela para suster itu.

Ben Galus, juga merupakan seorang teman yang termasuk orang yang menyukai pater CG. Ia sering menyampaikan kepada saya bahwa ia sudah membaca beberapa buku beliau. Walaupun untuk itu, ia harus mengernyitkan kening karena buku-buku itu membahas tentang Kitab Suci dan teologi, suatu bidang yang berbeda dengan bidang ilmu beliau sendiri. Namun demikian, beliau juga mengaku memiliki beberapa koleksi buku dari pater CG. Suatu hal yang mengagumkan. Masih ada juga beberapa nama lain yang termasuk dalam barisan orang-orang yang mengagumi Pater CG, baik itu terkait dengan cara hidupnya yang sederhana, maupun terkait dengan kotbah-kotbah biblis nya yang oleh banyak pendengarnya dianggap kena dan mendalam. Tetapi mungkin pada kesempatan lain saya akan mengulas tentang hal itu di sini. Untuk saat ini saya hanya menampilkan beberapa kutipan di atas saja. Sekian dan terima kasih.

2 comments:

Cupertinho said...

Pater CG....Selalu ditunggu cerita2 ttgnya terutama ttg penghayatannya akan Jalan Turun.

canticumsolis said...

Brader Cupertinho...
terima kasih atas kesetiaannya menunggu cerita-cerita tentang beliau...
masih ada beberapa cerita lagi... lalu saya siapkan semua hal ini untuk bisa jadi buku...
semoga bisa menjadi buku kenangan tentang pater CG...
salam damai...
EFBE...

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...