Oleh: Dr. Fransiskus Borgias
Dosen Teologi Biblika pada FF-UNPAR
Bandung
Beberapa
hari lalu saya mendapat sebuah video singkat di WA Group, yang dikirim teman
saya, pak Sylvester Manti. Video pendek itu berdurasi kurang lebih lima menit. Video
itu berkisah tentang pertobatan seorang Yahudi menjadi pengikut Yesus. Peristiwa
pertobatan itu ia istilahkan dengan sebuah rumusan menarik: menerima Yesus
dalam diri dan hidupnya. Bagi dia bertobat berarti mau menerima Yesus di dalam
hidup dan dirinya. Menarik sekali apa yang ia kisahkan di sana. Itulah
yang saya kisahkan kembali dalam kata-kata sendiri, dalam tulisan singkat dan
sederhana ini.
Ia mengatakan
bahwa dalam sebuah keluarga Yahudi di mana pun di dunia ini selalu ditanamkan
(diinternalisasi) sebuah pandangan bahwa Alkitab mereka adalah Tanakh, yang
terdiri atas Torah, Nebiim, Ketubim (dan disingkat TANAKH). (Jadi kitab orang
Yahudi itu bukan hanya Torah sebagaimana secara salah dipersepsikan oleh salah
satu kelompok, sebab faktanya kitab suci orang Yahudi tidak hanya Torakh,
melainkan ada juga Nebiim dan Ketubim). Orang Yahudi dalam video pendek itu
rupanya tinggal di Italia. Karena itu, ia menyangka bahwa agama Kristen (Katolik) itu
muncul di Italia. Bahkan ia juga menduga bahwa Yesus dan pengikutNya yang
semula adalah orang Italia. Hal itulah yang ia ketahui dan pegang dan yakini
sampai pada suatu saat ia sangat terkejut tatkala mengetahui bahwa agama
Kristen itu muncul di tanah Kanaan, di Galilea dan Yudea (dengan sengaja saya
tidak menyebut Palestina karena entitas ini adalah sesuatu yang muncul di
kemudian hari). Tokoh kita tadi semakin terkejut lagi saat ia mengetahui
bahwa Yesus adalah orang Yahudi yang lahir, besar, dan mati di Kanaan itu. Tadinya
ia mengira Yesus adalah orang Italia. Dan dia juga bahkan semakin terkejut lagi
setelah mengetahui bahwa ternyata agama Kristen itu lahir dari Rahim agama
Yahudi juga.
Karena
itu, sejak muncul semua pengetahuan dan kesadaran seperti itu, ia pun mulai diam-diam
mencari dan menekuni asal-usul agama tersebut. Untuk itu, diam-diam dia mulai membaca
Perjanjian Baru, kitab suci orang Kristen (tentu dia salah karena Kitab Suci
orang Kristen itu tidak hanya PB, melainkan juga mencakup PL). Yang
jelas ialah bahwa selama ini ia selalu diberi gambaran oleh orang tua dan
lingkungan agama Yahudi yang ia anut, bahwa apa yang disebut PB adalah kitab
yang ditulis oleh orang-orang yang dulu pada abad pertama pernah mengejar dan
menganiaya orang Yahudi. Tentu saja informasi itu tidak benar. Bahkan sangat
salah secara historis.
Betapa
dia sangat terkejut lagi saat ia membaca secara langsung untaian kitab Perjanjian Baru.
Untaian pertama ialah Injil Matius. Saat ia membaca bab pertama Injil Matius
itu ia terperangah. Di sana dikatakan bahwa Yesus adalah anak Daud, anak
Abraham. Jadi, jelas bahwa Yesus (yang ia lafalkan Yeshua, Yoshua) adalah orang
Yahudi. Itu adalah fakta historis yang tidak dapat dibantah oleh siapa pun.
Lebih terkejut lagi karena selama ini selalu dikatakan di kalangan orang Yahudi
bahwa orang Kristen yang semula adalah orang yang menganiaya orang Yahudi. Ternyata
setelah ia membaca PB, justru yang terjadi ialah yang sebaliknya, yaitu orang
Kristen-lah yang menjadi korban persekusi yang dilakukan orang Yahudi. Jadi,
apa yang ia ketahui selama ini berdasarkan pendidikan dalam keluarga Yahudi, merupakan
sebuah pembalikan dan penggelapan fakta sejarah yang mengerikan. Orang Yahudi
masa kini mencitrakan diri sebagai kelompok yang baik, justru dengan
menjelekkan peran orang Kristen jauh di masa silam. Padahal yang sesungguhnya
terjadi secara historis ialah orang Kristen yang menjadi korban pengejaran
(persekusi) yang dilakukan oleh orang Yahudi yang sangat fanatic dan
berteriak-teriak di jalanan menyerukan nama Tuhan untuk menuntut darah orang.
Sejak
munculnya kesadaran dan pengetahuan seperti itu, dia pun tidak ragu lagi menjadi
Kristiani, dengan menerima Yesus Kristus. Sejak itu
ia menjadi Christianoi (istilah yang diambil dari Kisah Para Rasul 11:26). Selama
ini ia diam-diam dan merahasiakan hal itu dari lingkungan teman dan
keluarganya. Tetapi pada suatu kesempatan, sekelompok orang Yahudi berkumpul
dan di dalam perkumpulan itu mereka ditanya siapakah yang percaya dan siap
menerima Yesus, ia dengan berani angkat tangan. Selain itu masih ada beberapa
orang lain. Yang membuat dia terkejut ialah bahwa ternyata ayahnya juga
mengangkat tangan. Ia klarifikasi: “Ayah
ini yang ditanya ialah siapa yang percaya pada Yesus.” Ayahnya
juga tanpa ragu mengatakan, “Ya, saya percaya dan menerima Yesus.” Jadi,
ternyata ayahnya juga diam-diam sudah lama mempertimbangkan untuk menerima
Yesus Kristus di dalam hidupnya.
Saat saya
menonton video ini saya tiba-tiba teringat akan untaian kuliah Filsafat Yahudi
dulu di STF Driyarkara yang diampu oleh Pater Alex Lanur OFM. Saya ingat, pada
suatu saat, di dalam salah satu rangkaian kuliah itu, Pater Alex mengatakan
sbb: “Hanya ada dua saja alasan untuk orang Yahudi agar mereka dapat menjadi
orang Kristen dan menerima Yesus. Alasan pertama, mereka hidup sejaman dan
setempat dengan Yesus. Itulah yang terjadi dengan para rasul dan orang-orang lain
dalam PB yang menjadi percaya dan menerima Yesus saat mereka melihat dan
mendengar pewartaan-Nya. Tetapi argument ini tidak seluruhnya benar. Sebab banyak
orang Yahudi lain pada waktu itu yang tetap tidak percaya pada Yesus walaupun
mereka melihat dan mengalami Yesus secara langsung. Bahkan mereka berusaha
membunuh Yesus dan nyatanya juga sudah membunuh Yesus.
Alasan
kedua, yaitu mereka mengalami sebuah mukjizat di dalam hidup mereka. Jadi,
walaupun tidak hidup sejaman dengan Yesus, tetapi kalau mereka mengalami sebuah
mukjizat, maka ada kemungkinan mereka akan mau bersedia untuk menerima Yesus
dan menjadi pengikut Yesus. Contoh yang paling terkenal kiranya ialah Paulus.
Ia yang tadinya adalah seorang pengejar dan penganiaya orang
Kristiani, tetapi setelah mukjizat di perjalanan ke Damaskus itu, akhirnya
ia bertobat dan menerima Yesus di dalam hidupnya. Kiranya orang di dalam video
singkat tadi juga mengalami mukjizat perjumpaan yang membawa sebuah
penyingkapan dalam hidupnya.
Akhirnya
di sini saya juga ingat akan seorang teologi Yahudi masa kini, tetapi saya lupa
namanya. Dalam bukunya ia pernah mengatakan
bahwa krisis pembuangan Babel (abad 6 sebelum Masehi) telah mengilhami banyak
karya rohani yang agung dalam sejarah dan tradisi Israel. Ia tidak menyebut PB
sama sekali. Oleh karena itu, di sini saya menyebut PB juga. Bagi saya PB
merupakan salah satu produk literer rohani yang luar biasa mengagumkan yang
dihasilkan oleh orang-orang Yahudi pasca krisis penghancuran bait Allah di
Yerusalem pada tahun 70 Masehi itu. luar biasa.
3 comments:
Mlm kk Frans...setelah sy baca tulisan ini, kisah orang Yahudi yg masuk Kristen ini sedikit mirip dg kisah Perjumpaan Lora Madura dengan Romo Yesuit.
Bagi sy, dua hal penting dr tulisan yg menarik ini adalah :
1. Sama seperti kisah Lora Madura, dimana, perubahan pandangan,sikap terhadap sesuatu membutuhkan pembelajaran dari pihak lain...
2.Merubah orang lain membutuhkan kesaksian (yang dlm kisah Paulus ite sebut sebagai Mujijat).
Tabe... Komentar sekenanya dari Lalo
Mlm kk Frans...setelah sy baca tulisan ini, kisah orang Yahudi yg masuk Kristen ini sedikit mirip dg kisah Perjumpaan Lora Madura dengan Romo Yesuit.
Bagi sy, dua hal penting dr tulisan yg menarik ini adalah :
1. Sama seperti kisah Lora Madura, dimana, perubahan pandangan,sikap terhadap sesuatu membutuhkan pembelajaran dari pihak lain...
2.Merubah orang lain membutuhkan kesaksian (yang dlm kisah Paulus ite sebut sebagai Mujijat).
Tabe... Komentar sekenanya dari Lalo
tabe gula ge kraeng dewan...
terima kasih atas komentar yang menarik ini...
dua pengamatan itu sangat tepat dan membantu saya juga...
hehehehehe.... membantu memberi makna baru...
terima kasih atas pembacaan dite hoo...
ini komentar besar e... tidak hanya "sekenanya" apalagi "seenaknya"...
tabe gula ga...
Post a Comment