Friday, December 9, 2011

PREFASI ADVEN I, II, III

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Dalam Tata Perayaan Ekaristi kita terdapat tiga Prefasi yang disediakan secara khusus untuk masa Adven (TPE, hal.46-49; dalam teks berbahasa Inggris, hanya ada dua Prefasi untuk masa Adven. Sayang saya belum sempat memeriksa prefasi Adven dalam buku standar ulasan teologis prefasi dari Cuttberth Johnson, pakar liturgi dan khususnya pakar Prefasi itu). Saya terutama akan berpatokan pada buku resmi TPE. Saya mulai dengan Prefasi Adven I. Di suatu tempat lain saya pernah mengulas secara populer mengenai teologi Adven (lihat buku, Menimba Kekayaan Liturgi, YPN, 2008).

Judul kecil Prefasi Adven I ini bagi saya sangat menarik perhatian, yaitu: Kedatangan Kristus yang pertama dan kedua. Jadi, disebut sekaligus Titik awal (protologi atau arkeologi) dan titik akhir (eskatologi, parousia); kedua hal itu sekaligus dirayakan dan dikenangkan dalam satu peristiwa perayaan. Jelas itu sebuah dialektika teologis dan iman yang sangat menarik perhatian. Lalu dalam rubrik ada penetapan mengenai tanggal kapan prefasi ini dipakai. Prefasi ini dipakai dalam perayaan ekaristi harian mulai tanggal 1 sampai 16 Desember, dalam Ekaristi yang tidak mempunyai prefasi khusus. Itu berarti dalam perayaan Ekaristi tanggal 8 Desember kita tidak memakai prefasi ini sebab dalam ekaristi itu tersedia prefasi khusus untuk Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung tanpa Dosa (Immaculata Conceptio). Pada kesempatan lain saya telah mengulas mengenai prefasi ini.

Prefasi ini mengemukakan alasan kita bersyukur kepada Allah yaitu dengan cara menengok kembali ke titik awal (alpha) sejarah keselamatan yaitu pada awal peristiwa inkarnasi, peristiwa verbum caro factum est. Kita bersyukur kepada Allah atas peristiwa inkarnasi itu. Dalam dan dengan peristiwa inkarnasi, Yesus sang Sabda telah menghampakan diri (misteri kenosis) dan menjadi hamba, menjadi manusia lemah, menjadi orang yang tidak berdaya. Hal itu terjadi untuk mewujud-nyatakan janji keselamatan dari Allah yang direncanakan sejak dari kekal. Pemenuhan janji itu sekarang dan di sini menjadi peluang terbukanya jalan keselamatan bagi kita umat manusia.

Sekaligus dalam prefasi ini kita terpikir atau didorong untuk berpikir tentang parousia (omega), tentang kedatangan kembali Tuhan pada akhir jaman. Bedanya ialah kali ini Ia akan datang dalam kemuliaan-Nya. Walau tidak disebut secara eksplisit dalam prefasi ini, toh terbayang juga di sini secara implisit peristiwa peninggian-Nya, yaitu kontras dari peristiwa kenosis yaitu misteri plerosis yang dirayakan dan dikidungkan dengan sangat indah dalam Kidung Filipi itu (Fil.2:5-11). Di sini sekaligus ditegaskan tentang keyakinan dan harapan kita bahwa kedatangan itu kelak akan mendatangkan kebahagiaan sejati bagi kita. Kini kita merindukan hal itu dengan penuh kasih dan harapan. Dinamika kasih dan pengharapan itulah yang menghidupkan dan menopang kita dalam perjalanan kita ke masa depan itu.

Sekarang saya mau mengulas secara singkat Prefasi Adven II. Judul kecil Prefasi ini juga sangat menarik yaitu Adam Baru. Judul kecil ini juga berfungsi sebagai kunci pemahaman yang penting bagi kita dalam membaca prefasi ini. Juga dalam rubrik kita dapat menemukan penetapan mengenai tanggal pemakaian prefasi ini, yaitu pada perayaan ekaristi untuk tanggal 1 sampai 16 Desember. Prefasi ini memberi sebuah alasan yang lain untuk bersyukur. Dan alasan itu ialah karena “Engkau menjanjikan Juru Selamat yang akan membebaskan umat manusia.” Sang Juru Selamat itu disebut Adam Baru. Karena ia disebut Adam Baru, maka serta merta kita pun terpikir tentang kontrasnya yaitu sang Adam Lama. Siapa Adam Lama itu? Sang Adam Lama ialah Adam pada awal mula yang kita baca dalam Kitab Kejadian itu. Ia telah menjatuhkan kita ke dalam dosa. Sebaliknya sang Adam Baru, membawa keselamatan bagi kita.

Siapa Adam Baru itu? Tidak lain ialah Yesus Kristus sendiri. Itulah yang dirayakan sekarang dan di sini. Kontras antara kedua Adam ini bukan ciptaan Liturgi gereja, melainkan berasal dari Paulus. Kita dapat menemukan kontras itu dalam suratnya kepada Jemaat di Roma (5:12-20, walau di sana tidak disebut Adam Lama dan Baru, melainkan Adam dan Kristus. Seorang Bapa Gereja menciptakan istilah Adam Lama dan Baru; hal itu juga disejajarkan dengan Hawa Lama dan Hawa Baru, Maria). Sang Adam Baru ini mempunyai sebuah tugas yang luhur dan mulia yaitu memulihkan relasi manusia dengan Allah, yang dulu telah diputus atau dirusak oleh Adam Lama. Menarik bahwa relasi itu dipakai kata persahabatan dalam terjemahan TPE kita (Persekutuan, communio). Relasi awali yang dirusak Adam Lama, kini diplihkan kembali oleh sang Adam Baru yaitu Kristus Yesus.

Masih ada lagi segi lain dari bagian akhir prefasi ini yaitu bahwa kita juga yakin bahwa relasi itu akan semakin sempurna lagi jika Kristus datang kembali pada akhir jaman kelak. Jadi, prefasi ini merayakan sekaligus dialektika protologi dan eskatologi. Itulah yang sangat indah dan menarik dalam prefasi ini. Seakan-akan kita ditarik ke awal, tetapi sekaligus ke akhir. Kita bermain-main di tengah “permainan” ke depan dan ke belakang itu, ke awal dan ke akhir. Elastisitas imajinasi iman kita membuat hal itu mungkin terjadi dalam perayaan ekaristi kita.

Akhirnya saya sampai pada ulasan mengenai Prefasi Adven III. Menarik jika kita melihat judul kecil Prefasi ini, sebab judul kecil itu menjadi kunci bagi kita untuk memahami seluruh dinamika prefasi ini. (Perlu saya beritahukan bahwa dalam buku ekaristi bahasa Inggris, hanya ada dua prefasi untuk masa Adven; yaitu prefasi I dan III. Prefasi Kedua, hanya ada dalam TPE saja. Tetapi saya belum sempat mengecek ke buku besar dari Cuttbert Johnson). Judul kecilnya ialah: Kristus Dinantikan Dahulu dan Sekarang. Dalam rubrik ada penetapan waktu pemakaian prefasi ini. Prefasi ini dipakai tanggal 17 sampai 24 Desember.

Berbeda dengan dua Prefasi Adven terdahulu, Prefasi Adven ini mempunyai struktur khusus. Sesudah bagian awal (protokol) yang mengungkapkan sikap dasar syukur kita, tidak kita temukan alasan untuk syukur itu. Yang ada di sini bukan alasan bersyukur, melainkan sebuah pujian murni, yaitu dalam arti bukan sebagai alasan untuk bersyukur. Dan menurut saya hal itu sangat unik. Jika ini bukan merupakan alasan bersyukur sebagaimana biasanya, maka ini adalah sebuah penegasan akan kesadaran akan pengakuan dan keyakinan iman kita bahwa Kristus telah dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama seperti yang dapat kita baca dalam Kitab Nabi Yesaya misalnya. Dialah juga yang dikandung dengan penuh kasih sayang oleh Bunda Maria, tugas luhur seorang ibu tentu saja.

Lalu kita melihat bahwa di sini disebut juga nama Yohanes Pembaptis. Tentu ada alasan mengapa ia disebut juga di sini. Sebab ia adalah mahkota para nabi Perjanjian Lama, bahkan disebut yang terbesar di antara para nabi. Di sini ia tidak hanya disebutkan namanya, melainkan juga disebutkan dua tugas mendasarnya. Pertama, ialah mewartakan Yesus ketika ia akan datang, sebab Yohanes adalah bentara Kristus, suara yang berseru di padang gurun untuk meluruskan dan meratakan jalan Tuhan. Kedua, ialah tugas memperkenalkan Yesus ketika Yesus akan tampil di muka umum untuk memulai karya pelayanan publikNya.

Akhirnya saya masih menemukan sesuatu hal yang paling unik dalam prefasi ini: yaitu bahwa kita pun sadar bahwa Dia (Kristus) jugalah yang menyiapkan seluruh hidup dan hati kita sekarang dan di sini secara khusus dalam masa Adven ini agar hati kita mampu dan bersedia menerima kelahiranNya kelak pada masa Natal. Dan itulah salah satu sumber sukacita iman kita yang dirayakan dalam prefasi ini. Syukur atas pengharapan dan iman itu kita tuangkan dalam kidung pujian abadi bersama para malaekat di surga.

Yogya, Desember 2011
Diketik dan diperluas dari catatan yang dipersiapkan lama sebelumnya dari tahun 2008.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...